Selasa, 10 April 2012

MENGAPA KITA BERSHALAWAT KEPADA NABI SAW (Menjawab Hujatan Missionaris)


MENGAPA KITA BERSHALAWAT KEPADA NABI SAW ?

Assalamu'alaikum wr. wb.
Bismillah, walhamdulillah, wassolatu wassalamu ala Rosulillah SAW,
Wa'ala alihi Washohbihi Wamawwalah.


Ada sebagaian orang berilustrasi dan mengibaratkan Allah itu presiden,
dan Nabi itu Panglima Jenderal kemudian kita semua rakyat kecil. Kita
bershalawat untuk Nabi (Junjungan kita). Contoh ilustrasinya : Bapak
Presiden, mohon panglima Jendral dinaikkan pangkat dan gajinya, (Ya
Allah, doa saya untuk junjungan kami Nabi Muhammad).

Menurut logika, anda mungkin kurang menerima, kenapa rakyat kecil
harus berdoa untuk Jenderal ~ (kenapa kita berdoa untuk Nabi) ~
padahal rakyat kecil sudah menderita (banyak dosa), kenapa Jenderal
tidak mohon kepada presiden,supaya presiden bisa memerintahkan menteri
untuk memberi subsidi (memberi petunjuk dan melindungi kita). Bukahkah
Nabi kita sudah dijamin masuk surga ? jadi kita tidak perlu lagi
mendoakannya

Sebelum saya menjawab persoalan diatas, saya akan mengajak anda untuk
memahami kaidah-kaidah bahasa Alqur'an yang sering kali difahami
terlalu dangkal karena peralatan yang kurang memadai, sehingga saya
sering berbenturan dengan orang yang memahami sesuatu yang belum
tuntas persoalannya. Dan mereka akan berbenturan dengan kaidah-kaidah
yang datang dari Alqur'an, karena kalau ditinjau sekilas seolah-olah
kalimat yang ia baca merupakan perintah yang harus dipenuhi.

Akibatnya ia kelabakan sendiri dengan kata perintah yang begitu
banyak yang tercantum dalam Alquran maupun hadist. Sedangkan "kata
perintah "dalam kaidah ushul fiqih menunjukkan Al ashlu fil amar lil
wujub, pada dasarnya amar (perintah ) itu menunjukkan wajib. Kalau
kita mendasari setiap amar itu sebuah kewajiban maka kita akan
mengalami kesulitan memahami Islam secara kaafah. Untuk itu, saya
mencoba untuk sedikit menguraikan dari sisi bahasa yang biasa
digunakan untuk menterjemahkan Alqur'an maupun hadist` yaitu ilmu
Ushul Fiqh.

Kaidah-kaidah ilmu Ushul ini untuk mengetahui keinginan atau maksud
dari sebuah redaksi yang bagi orang awam sedikit membingungkan.
Misalnya sebuah kata perintah (amr) atau larangan (Nahyu), akan bisa
diterjemahkan maknanya apabila ada kata yang mendukung kata yang
lainnya atau kata itu akan berubah arti dari arti sebenarnya jika
dikaitkan keadaan subjek dan objek yang dibicarakan.

Sebagai contoh, perintah (amar), yang artinya : Tuntunan melakukan
pekerjaan dari yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah
(kedudukannya). Yang lebih tinggi kedudukannya dalam hal ini adalah
Allah dan yang lebih rendah kedudukannya adalah manusia (mukallaf).
Jadi Amr ialah perintah Allah Swt yang harus dilakukan oleh ummat
manusia yang mukallaf. Misalnya : wa aqiimush shalata ( Al baqarah :
43). Dan dirikanlah shalat !!

Amar itu mempunyai ketentuan-ketentuan yang menjadi dasar pengambilan
atau penetapan hukum. Ketentuan-ketentuan itu kemudian kita kenal
dengan istilah kaidah. Amar mempunyai beberapa kaidah:

1. Kaidah pertama : Al ashlu fil amar lil wujub.
Artinya : pada dasarnya amr itu menunjukkan wajib. Setiap amr atau
perintah itu
menunjukkan hukum wajib , kecuali ada petunjuk yang menunjukkan arti
selain wajib.

2. Amr menunjukkan arti sunnah/ Nadb, seperti Firman Allah :
Hendaklah kamu buat perjanjian (menebus diri ) dengan mereka ( hamba
sahaya ), jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka ( An Nur: 33)

3. Amr menunjukkan arti irsyad lil irsyad, atau petunjuk , seperti
Firman Allah ; Apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai (hutang)
untuk waktu yang ditentukan, maka hendaklah kamu menuliskannya
(Albaqarah : 282)

4. Amr menunjukkan arti ibahah , mubah seperti firman Allah : Dan
makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam
yaitu fajar (Albaqarah: 187)

5. Amr menunjukkan arti tahdid ( ancaman )

6. Amr menunjuk pada arti ikram ( memuliakan ).

7. Amr menunjukkan pada arti taskhir ( penghinaan) , jadilah kamu
kera yang hina
(Al baqaarah: 65)

8. Amr menunjukkan pada ta'jiz (melemahkan)

9. Amr menunjukkan pada arti taswiyah ( mempersamakan )

10. Amr menunjukkan pada arti doa , atau permohonan seperti Firman
Allah :Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan
kebaikan di akhirat serta peliharalah kami dari siksa neraka (Al
baqarah 201)

Terakhir ada amr yang menunjukkan kepada arti iltimas, yaitu ajakan
seperti kata-kata kepada kawan-kawan sebaya kerjakalah ~ misal :
tolong ambilkan baju itu, datang dong kepesta ulang tahunku .dll.

Kembali kepada persoalan diskusi kita mengenai shalawat kepada Nabi,
yang berarti memohon doa keselamatan, kesejahteraan dan rahmat untuk
junjungan Nabi Muhammad Saw. Seperti Firman Allah : Sesungguhnya
Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-
orang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya ( Al Ahzab: 56)

Setelah kita mengetahui kaidah ushul fiqh diatas, bahwa setiap kata
perintah belum tentu menentukan sebuah hukum wajib, bisa jadi kata
perintah itu berarti memohon, mengajak, petunjuk, anjuran,
mengharapkan, dll

Mari kita kaji surat Al Ahzab: 56, tentang shalawat kepada Nabi. Pada
ayat tersebut terdapat kalimat bahwa Allah bershalawat kepada Nabi.
Kemudian para malaikat, dan selanjutnya Allah memerintahkan orang-
orang mukmin untuk bershalawat kepada Nabi. Arti shalawat adalah
doa , memberi berkah, dan ibadat.

Shalawat Allah kepada Muhammad, berarti Allah memberi berkah,
penghargaan, dan menempatkan Rasulullah yang mulia disisi-Nya.
Kemudian shalawat Malaikat kepada Muhammad : Adalah memberi salam
penghormatan atas diangkatnya kemuliaan dan kerasulan Muhammad,
sebagaimana penghormatan malaikat kepada Nabi Adam as.

Dikarenakan Allah selalu memberikan shalawat (keberkatan, kemuliaan,
(kebesaran), maka ummat Muhammad hanya mengharapkan agar shalawat
Allah itu tetap langgeng untuk beliau dan keluarganya, walaupun
shalawat orang-orang mukmin tiada artinya bagi Muhammad karena beliau
telah medapatkan curahan rahmat dan keberkatan itu langsung dari
Allah selamanya. Sesungguhnya Allah bershalawat (memberi keselamatan,
keberkatan, penghargaan, kebahagiaan) kepada Muhammad dan keluarganya
( Al Ahzab 56)

Perhatikan kata shalawat Allah kepada Muhammad pada ayat tersebut
diatas, bagaimana menurut anda kalau kata shalawat diartikan berdoa,
Apakah Allah akan berdoa untuk Muhammad ?? kepada siapa ??

Berkata Al Hulaimi dalam Asy syu'ab tegasnya, pengertian shallu
alaihi ~ bershalawat-lah kepadanya, ialah : ud'u rabbakum bish
shalati alaihi.. mohonlah kamu kepada Tuhanmu supaya melimpahkan
shalawat kepadanya .

Penghormatan anda kepada presiden bukan berarti kehormatan presiden
itu akan bertambah atau berkurang kalau anda tidak menghormatinya,
karena kedudukan presiden itu adalah tempat yang paling terhormat di
suatu negara. Sebagai rakyat seharusnyalah kita mengormati dan
menghargai presiden sebagaimana Allah telah memuliakan orang yang
diangkat derajatnya sebagai presiden. Sebab orang tersebut tidak akan
menjadi presiden tanpa pertolongan dan kasih sayang-Nya. Untuk itu
hargailah dan bersyukurlah kita telah memiliki presiden.

Logika anda yang menyebutkan bahwa mana mungkin bahwa seorang rakyat
yang menderita memerintahkan presiden untuk menaikkan pangkat dan
gajinya sang panglima sementara diri kita yang menderita masih
kekurangan.

Setelah anda membaca uraian saya mengenai kaidah ushul, mari kita coba
membandingkan makna kata perintah yang terdapat dalam Alqur'an, yang
apabila membaca ayat tersebut tidak memahami kaidahnya maka artinya
akan rancu. Misalnya kata perintah yang berbunyi : "Allahumma dammir
man ada aka wa ada ad dien, Ya Allah hancurkan orang yang menggangu
Engkau dan yang menggangu agamamu.
Allahumma shayyiba naafi'a , Ya Allah turunkanlah hujan yang berguna
(Al Adzkar:81)
Rabbana aatina fid dunya hasanah wafil akhirati hasanah waqina
adzabannar (Al Baqarah: 201)~ Ya Allah datangkan kepada kami kebaikan
di dunia , dan kebaikan di akhirat

Seperti apa yang telah diurai diatas, bahwa kata perintah atau Amr
secara umum merupakan tuntutan melakukan suatu pekerjaan dari yang
lebih tinggi kepada yang lebih rendah (kedudukannya)

Akan tetapi kalau anda perhatikan bentuk yang di gunakan redaksi ayat
dan hadist diatas menggunakan kata perintah, seperti kata dammir
(hancurkan), shayyiba (turunkan hujan), atina fiddunya hasanah
(datangkan kepada kami kebaikan )

Kalau melihat kaidah ushul secara umum dalam kasus diatas, seharusnya
yang lebih tinggi memerintahkan yang rendah derajatnya. Akan tetapi
ayat diatas telah mengguna-kan kata perintah dari bawah keatas (dari
hamba kepada Tuhan). Apakah hal ini akan diartikan memerintah
Allah ?? Tentu tidak. Akan tetapi amar disini
berarti doa.

Kemudian bandingkan dengan kata shalawat yang juga artinya berdoa atau
memberikan berkah. Apakah kita akan memberikan berkah kepada
Rasulullah yang telah tercurahkan dari Allah swt ?? Apakah kita juga
termasuk memerintahkan Allah untuk memberikan berkah kepada
Rasulullah ?? Atau apakah Rasulullah butuh shalawat kita agar beliau
mendapat Rahmat dari Allah. Padahal Rasulullah telah dijamin syurga
oleh Allah. Apakah kita akan tetap menterjemahkan kata shalawat
berarti doa untuk Nabi ??

Baiklah saya akan meneruskan pengertian shalawat dengan mengambil
makna yang lain agar tampak jelas pengertian shalawat bahwa
Rasulullah tidak membutuhkan rahmat ataupun doa ummatnya.

Bersabda Nabi :
Barang siapa bershalawat untukku sekali, niscaya Allah bershalawat
untuknya sepuluh kali ( HR Muslim dari Abu Hurairah, Al Mirqah II :5 )

Bahwasanya bagi Allah Tuhan semesta alam ada beberapa malaikat yang
diperintah berjalan dimuka bumi untuk memperhatikan keadaan hamba-
Nya. Mereka menyampai-kan kepadaku ( sabda nabi) akan segala salam
yang diucapkan oleh ummatku. (HR. Ahmad, An Nasaiy & Ad Damrimy
Syarah Al Hishn, Al Mirqah II:6)

Barang siapa bershalawat untukku dipagi hari sepuluh kali dan
dipetang hati sepuluh kali mendapatkan ia syafaatku pada hari kiyamat
( HR . At Thabrany Al Jami')

Manusia yang paling utama terhadap diriku pada hari kiyamat, ialah
manusia yang paling banyak bershalawat untukku ( HR At Thurmudzy )

Semakin terang bagi kita atas arti shalawat pada hadist diatas, bahwa
Rasulullah tidak membutuhkan rahmat ataupun doa dari kita, akan
tetapi justru Rasulullah yang akan memberikan pertolongan nanti
dihari kiyamat apabila kita sering memberikan salam atau shalawat
penghormatan kepada beliau. Dan Allah juga memberikan shalawat kepada
orang yang bershalawat kepada Rasulullah.

Hadist yang mengatakan bahwa : Barang siapa yang bershalawat untukku
sekali, niscaya Allah bershalawat untuknya sepuluh kali ( HR Muslim
dari Abu Hurairah )

Hadist inilah yang menguatkan bahwa Allah bershalawat kepada siapa
saja, bukan hanya kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad. Untuk lebih
tegasnya kita perhatikan bacaan shalawat dalam tahiyyat shalat. at
tahiyyatul mubarakatush shalawatu thoyyibatulillah, assalamu alaika
ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakaatuh, asssalamu'alaina wa'ala
ibaadillahish shalihin. Terjemahan bebasnya: Salam hormat,
keberkahan, shalawat yang terbaik untuk Allah, keselamatan atasmu
wahai nabi serta rahmat dan keberkatan, juga salam hormat kepada para
ahli ibadah yang shalih ..

Tahiyyat berarti penghormatan dan kita bershalawat kepada Allah yang
berarti kita memuja Allah, kemudian menghormati Nabi dan yang
terakhir menghormati orang-orang yang shalih .itulah arti shalawat,
dimana kata itu bisa berarti berbeda jika penempatan kata tersebut
berbeda.

Seperti saya uraikan diatas tadi, kata perintah tidak harus berarti
memerintah dari yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah, akan
tetapi kata perintah bisa berarti memohon, meminta pertolongan,
anjuran, memberikan khabar (seperti iklan / promosi), menghina,
meremehkan, penjelasan dll.

Demikian uraian dari saya, mudah-mudahan kita diberi kemudahan untuk
memahaminya. Dan saya menyarankan dan menghimbau kepada saudaraku
yang sedang ghirah belajar agama berhati-hatilah dengan doktrin agama
yang terkadang tidak menempatkan makna yang sebenarnya, sehingga
tidak menguraikan secara objektif sesuai kata aslinya. bukan
diterjemahkan menurut keinginan nafsu golongannya.

Wallahu a'lam bis-shawab,

Wassalam,
Arland - Jakarta
dikutip dari penjelasan Abu sangkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar